Tuesday, 22 November 2016

KARAMAH SYEIKH NAWAWI AL-BANTANI

Assalamu'alaikum wr wb...
Hari ini aku mau share lagi nih, tentang Karamah Wali. Gak kalah menariknya sama artikel yang aku ditulis sebelumnya. Yuk, langsung aja baca ceritanya dibawah ini 
KARAMAH SYEIKH NAWAWI AL-BANTANI
 Hasil gambar untuk gambar syeikh nawawi al bantani
            Imam Nawawi sangat terkenal dikalangan masyarakat Indonesia, begitu juga di Timur Tengah. Banyak karyanya yang menjadi fenomenal dan masih dibaca hingga sekarang, salah satunya adalah Tafsir Munir (Marah Labib). Sebagai Ulama khas, banyak karamah yang meliputi perjalanan hidupnya. Berikut salah satunya:
            Pertama, menjadikan telunjuknya lampu. Pada suatu waktu, beliau pernah mengarang kitab dengan menggunakan telunjuk beliau yang dijadikan sebagai lampu, saat itu dalam sebuah perjalanan. Karena tidak ada cahaya dalam syuqduf atau rumah-rumahan, sementara aspirasi tengah kencang mengisi kepalanya. Syaikh Nawawi kemudian berdo'a memohon kepada Allah Ta'ala agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu agar dapat menerangi jari kanannya yang digunakan untuk menulis itu. Kitab yang kemudian lahir dengan nama
Marâqi al-'Ubudiyyah syarah Matan Bidâyah al-Hidayah itu harus dibayar beliau dengan cacat pada jari telunjuk kirinya. Cahaya yang diberikan Allah pada jari telunjuk kiri beliau membawa bekas yang tidak hilang.
            Kedua, melihat Ka'bah dengan telunjuknya. Karamah beliau yang lain juga diperlihatkannya disaat mengunjungi salah satu masjid di Jakarta yakni Masjid Pekojan. Masjid yang dibangun oleh salah seorang keturunan cucu Rasulullah saw Sayyid Utsmân 'Agîl bin Yahya al-'Alawi. Masjid Ulama dan Mufti Betawi itu ternyata memiliki kiblat yang salah. Padahal yang menentukan kiblat masjid itu adalah Sayyid Utsmân sendiri. Kemudian, beliau kedatangan anak remaja (Syaikh Nawawi) yang menyalahkan arah kiblatnya. Saat seorang anak remaja yang tak dikenalnya itu menyalahkan penentuan kiblat, kagetlah Sayyid Utsmân. Diskusi pun terjadi dengan seru antara mereka berdua. Sayyid Utsmân tetap berpendirian pada kiblat Masjid Pekojannya itu sudah benar. Sementara Syaikh Nawawi remaja berpendapat arah kiblat masjidnya itu harus dibetulkan. Saat kesepakatan tak bisa diraih karena masing-masing mempertahankan pendapatnya dengan keras, Syaikh Nawawi meletakkan tangan kirinya ke bahu Sayyid Utsmân (merangkul) dan tangan kanannya menunjuk sesuatu, Syaikh Nawawi berkata: "Lihatlah Sayyid!, itulah Ka'bah tempat Kiblat kita. Lihat dan perhatikanlah! Tidakkah Ka'bah itu terlihat amat jelas? Sementara Kiblat masjid ini agak kekiri. Maka perlulah kiblatnya digeser ke kanan agar tepat menghadap ke Ka'bah." Ujar Syaikh Nawawi remaja.
            Sayyid Utsmân termangu dan keheranan. Ka'bah yang ia lihat dengan mengikuti telunjuk Syaikh Nawawi remaja memang terlihat jelas. Sayyid Utsmân merasa takjub dan menyadari remaja yang bertubuh kecil dihadapannya ini telah dikaruniai kemuliaan, yakni terbukanya nur basyariyyah. Dengan karamah itu, dimanapun beliau berada Ka'bah tetap terlihat. Dengan penuh hormat, Sayyid Utsmân langsung memeluk tubuh kecil beliau dan berjabat tangan sambil mencium tangannya. Ketika Sayyid Utsmân ingin mencium tangannya, ditariklah tangannya (Syaikh Nawawi), Sayyid Utsmân pun kebingungan mengapa beliau tidak mau? Sayyid Utsmân pun bertanya dan Syaikh Nawawi menjawab: "Karena saya tidak pantas untuk bersalaman sambil dicium begitu olehmu." Subhanallah alangkah bagusnya akhlak beliau. Sampai saat ini, jika kita mengunjungi Masjid Pekojan akan terkihat kiblat digeser, tidak sesuai aslinya.
            Ketiga, mayatnya yang luar biasa. Telah menjadi kebijakan Pemerintah Arab bahwa orang yang telah dikubur selama setahun kuburannya harus digali. Tulang belulang si mayat kemudian diambil dan disatukan dengan tulang belulang mayat lainnya. Selanjutnya semua tulang itu dikuburkan ditempat lain diluar kota. Lubang kubur yang dibongkar dibiarkan tetap terbuka hingga datang jenazah berikutnya silih berganti. Kebijakan ini dijalankan tanpa pandang bulu. Siapapun dia, pejabat atau orang biasa, saudagar kaya atau orang miskin, sama terkena kebijakan tersebut. Inilah yang menimpa makam Syaikh Nawawi. Setelah kuburnya genap berusia satu tahun, datanglah petugas dari pemerintah kota untuk menggali kuburnya. Tetapi yang terjadi adalah hal yang tak lazim. Para petugas kuburan itu tak menemukan tulang belulang seperti biasanya. Yang mereka temukan adalah satu jazad yang masih utuh. Tidak kurang satu apapun, tidak lecet atau tanda-tanda pembusukan seperti lazimnya jenazah yang telah lama dikubur. Bahkan kain putih kafan penutup jazad beliau tidak sobek, masih harum dan tidak lapuk sedikit pun.
            Tentu saja kejadian ini mengejutkan para petugas. Mereka lari berhamburan mendatangi atasannya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Setelah diteliti, sang atas kemudian meyadari bahwa makam yang digali itu bukan makam orang sembarangan. Langkah strategis lalu diambil. Pemerintah melarang membongkar makam tersebut. Jazad beliau lalu dikuburkan kembali seperti sediakala. Hingga sekarang makam beliau tetap berada di Ma'la, Mekkah dan yang paling aneh kuburan beliau satu-satunya kuburan yang tumbuh rumput bahkan rumputnya hijau dan bagus. Subhanallah!
            Keempat, tidur dilidah ular. Konon pada suatu malam hari dimana beliau melanjutkan perjalanannya ke Mekkah, beliau kelelahan dan mencari sebuah gubuk yang tak berpenghuni dan saung. Setelah mencari akhirnya beliau menemukan lampu yang sangat redup dan kecil. Akhirnya beliau tiba disuatu tempat tersebut dan memulai untuk beristirahat. Dibenak beliau bertanya: "Kok dasar saung ini sangat lembut dan empuk ya???" Saking lelahnya beliau tidak terlalu mempersoalkan hal tersebut, tidurlah beliau dengan meletakkan tongkatnya dengan posisi berdiri.
            Pagi pun datang dan beliau terbangun dari tidurnya untuk sholat dan kemudian melanjutkan perjalanannya. Setelah kurang lebih 7 langkah dari tempat peristirahatannya itu, beliau menyentuh darah dari ujung tongkatnya tersebut, dengan heran kemudian beliau menoleh kebelakang dan menemui ular raksasa yang sedang beranjak pergi. Tanpa disadari ternyata semalam beliau tidur dilidah seekor ular raksasa dan tongkatnya yang berposisi berdiri tersebut merintangi kedua gigi ular itu. Beliau pun langsung menyebut kalimat istighfar dan memuji kebesaran ALLAH SWT dengan mengucapkan kalimat kebesaran-Nya.
            Kelima, mengeluarkan buah rambutan dari tangannya. Di Mekkah beliau mendirikan tempat mengajar/sekolah dengan murid yang lumayan banyak. Disuatu hari beliau menerangkan kepada santri-santrinya:
           Syaikh Nawawi: "Sunnah Islam kalau berbuka puasa itu hendaknya memakan yang manis-manis terlebih dahulu, kalau disini terdapat buah kurma,  ditempatku ada yang tidak kalah manisnya dengan kurma."
            Santri-santri: "Betul syaikh kalau ditempat kami kurma, lalu bagaimana dengan tempat syaikh yang tidak tumbuh buah kurma?."
            Syaikh Nawawi: "Sebentar!"
            Syaikh Nawawi langsung menyembunyikan tangannya kebelakang tubuhnya. Santri-santri pun sangat heran apa yang dilakukan gurunya tersebut dan terdengar ditelinga para santri-santri suara seperti orang yang sedang mengambil buah-buahan dari pohonnya.
            Kemudian Syaikh Nawawi menyuguhkan buah Rambutan yang persis seperti baru diambil dari pohonnya. Santri-santri pun sangat terheran-heran dengan apa yang dilakukan oleh gurunya tersebut. "Nah ini yang aku makan pertama ketika berbuka puasa ditempatku, silahkan dicicipi." Kata Syeikh Nawawi sambil membagikannya kepada para santri dikelasnya mengajar.
            Para santri pun langsung mencicipi dan sangat menikmati kemanisan buah rambutan yang diberikan gurunya itu.
Demikian penjelasan karamah dari Syeikh Nawawi, menarik sekali bukan? Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan kita tentang Islam. Terima kasih^^
Wassalamu'alaikum wr wb...
Share:

0 Says:

Post a Comment